wartaapa-Dinas Kebudayaan, Kepemudaan dan Olahraga serta Pariwisata (Disbudporapar) Kabupaten Tuban, menggelar Workshop Tosan Aji Tahun 2022 dengan tema Edukasi Keris Untuk Generasi Milenial Berbasis Ilmiah.
Kegiatan ini digelar di Desa Wisata Berbasis Budaya, tepatnya di Sanggar Seni Ngriptoraras, di Desa Sukorejo, Kecamatan Parengan, pada Kamis dan Jumat (15-16/09).
Acara ini dihadiri sekitar 62 siswa dan 32 guru dari sejumlah SMA/SMK/MA yang berada di Kabupaten Tuban, dan sanggar seni, paguyuban budaya, serta yayasan yang bergerak dalam bidang seni.
Sekretaris Disbudporapar Tuban, Danarji mengatakan, acara ini sengaja digelar di daerah selatan Kabupaten Tuban untuk memberikan apresiasi kepada salah satu desa berbasis budaya, karena dedikasinya terhadap pelestarian nilai-nilai luhur dari para pendahulu mereka.
Menurut Danarji, selain untuk mengawali kegiatan pra-Festival Seni Sukorejo (FSS), yang paling utama adalah mengenalkan desa budaya ini kepada seluruh masyarakat Tuban, khususnya generasi millenial.
“Pengenalan terhadap keris dari segi ilmiah dirasa perlu agar generasi penerus kelak tidak anti, dan mau melestarikan warisan budaya leluhur yang sudah diakui dunia ini,” ujarnya, seperti yang dilansir tubankab.go.id.
Sementara itu untuk pemateri dari Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta, Basuki Teguh Yuwono, S.Sn., M.Sn memaparkan beberapa materi dasar tentang keris sesuai dengan kaidah-kaidah akademis dan dibahas secara ilmiah. Beberapa materi seperti dasar-dasar perkerisan, implementasi Tosan Aji terhadap generasi milenial, seni fotografi dengan obyek Tosan Aji (keris), hingga tata cara mengenakan Tosan Aji ketika berbusana Jawa lengkap.
“Keris tidak hanya sebatas benda pusaka yang bernilai sejarah tinggi, tapi keris juga menyimpan sebuah bahasa atau pesan-pesan yang penuh tradisi, selain itu keris juga mampu mencerminkan karakter seseorang,” terang Dosen Prodi Senjata Tradisional Keris ISI Surakarta itu.
Suasana workshop yang semula tegang dan formal lambat laun mulai mencair ketika pemaparan materi yang menjelaskan secara ilmiah bahwa keris tidak selalu mistis. Para peserta dari kalangan siswa sekolah juga mulai berani bertanya saat sesi diskusi, seperti salah satu siswa kelas sebelas MAN 2 Tuban, Ulfatu Rochmah, yang menanyakan tentang cara merawat keris.
“Workshop tentang keris ini agak unik, tapi tetap manarik untuk diikuti, meskipun awalnya agak takut karena biasanya keris selalu identik dengan berbau mistis, tapi ternyata setelah menyimak cukup keren juga. Utamanya kita bisa tahu bagaimana kakek buyut kita dulu memiliki budaya yang begitu luar biasa, baik pola hidup dan laku yang tergambar dalam keris mereka,” pungkas gadis 17 tahun itu. (set)