wartaapa-Kepala Kantor Kementerian Agama Kabupaten Tuban memberikan pembinaan tentang moderasi beragama di Kelenteng Kwan Sing Bio dan di Gereja Katolik Santo Petrus Tuban, Jumat (30/09).
Turut hadir dalam kegiatan tersebuit, Kasubag TU, para Pengawas Seksi, Pranata Humas, Penyuluh Agama Islam, pengurus dan jemaat kelenteng serta gereja.
Dilansir dari Kemenagtuban.com, dalam arahannya, Kakan Kemenag Tuban Ahmad Munir mengingatkan kedua umat beragama tersebut untuk tidak memanfaatkan tempat ibadah sebagai aspirasi, tetapi lebih menggunakannya sebagai tempat inspirasi.
“Agama sebagai inspirasi untuk menciptakan kerukunan, harus memberi nilai kehidupan berbangsa dan bernegara yang utuh dalam satu kesatuan dan persatuan bersemboyankan Bhinneka Tunggal Ika, berbeda-beda tetapi tetap satu juga,” ujarnya.
Lebih jauh ia melanjutkan, selain tidak menjadikan tempat ibadah sebagai tempat aspirasi, juga tidak menjadikan tempat ibadah sebagai alat politik (depolitisasi agama), kepentingan pribadi dan golongan.
Pria asal Kota Ledre ini juga menekankan persaudaraan multiaspek. Ia menyebut ada ukhuwwah islamiyah (konsep persaudaraan antarumat muslim), ukhuwwah wathaniyyah (sikap merasa saling bersaudara satu sama lain karena merupakan bagian dari bangsa yang satu) dan ukhuwwah basyariyah (seseorang merasa saling bersaudara satu sama lain, karena merupakan bagian dari umat manusia yang satu di berbagai penjuru dunia).
“Giat hari ini sebagai implementasi program tahun toleransi yang diwujudkan dengan saling menghargai untuk Tuban yang lebih baik dan rukun bersama,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Koordinasi Agama Konghucu, Bambang Joko Santoso sangat mengapresiasi dengan diselenggarakannya kegiatan ini. “Kegiatan ini sangat positif dan dibutuhkan umat kelenteng. Ke depan semoga ada kegiatan-kegiatan semacam ini, selalu bersatu dan guyub selamanya,” ujarnya.
Kepala Paroki Gereja Katolik Santo Petrus Tuban, RD. Agustinus Kurnia Wijayanto dalam sambutannya mengatakan bahwa perbedaan itu anugerah yang harus dirawat dan dijaga.“Masing-masing individu wajib memahami dan sadar arti toleransi,” ujarnya.
Kegiatan yang mengambil tema “Merajut Persaudaraan dan Bangkit Bersama untuk Masa Depan yang Maju, Toleran dan Rukun dalam Keberagaman” juga diisi dengan dialog interaktif, bakti sosial, memberikan bingkisan kepada yang berhak menerima dan deklarasi moderasi beragama. Acara diawali dengan menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya dan mars Kementerian Agama. (set)