Siapa Bupati Tuban Mendatang?

Oleh : Heri Setiawan

Siapa kira-kira yang jadi Bupati Tuban periode (2021-2026) mendatang ? Itulah yang sering ditanyakan hampir setiap orang yang merasa peduli terhadap nasib Kota Tuban lima tahun ke depan, menjelang Pilkada Tuban yang akan berlangsung 09 Desember 2020 mendatang, atau sekitar sebulan lagi.

Pertanyaan yang sama seperti itu sering kali mengalir begitu rupa kepadaku dari sejumlah teman, kerabat ataupun tetangga kiri-kanan. Karena anggapan masyarakat, seorang wartawan memiliki “ribuan telinga” dan banyak akses. Padahal, untuk Cabub dan Cawabup Tuban saja, saya secara pribadi tidak dekat. Apalagi, disuruh memprediksi siapa bakal bupati dan wakil bupati Tuban mendatang.Maklum, saya bukanlah seorang politikus,apalagi paranormal.Saya lebih memilih menjaga jarak dan independen.  

Tentu saja, mereka merasa kecewa karena saya tidak bisa menjawab pertanyaan tersebut. Saya juga tak pernah mengarahkan kepada mereka, siapa nama Cabup dan Cawabub yang layak dipilih.

Saya tentu lebih kecewa lagi, mengapa pertanyaan “murahan” seperti itu terlontarkan.Mengapa tidak bertanya figur atau sosok seperti apa bakal bupati dan wakil bupati Tuban yang layak dipilih.

Sangat terpaksa, saya harus menjelaskan  kepada mereka untuk memilih kandidat bupati dan wakilnya yang hendak dipilih secara rasional dan tanpa mengurangi rasa hormat saya kepada para kandidat yang sangat optimis bisa road to peringgitan.

Karena kapabilitas saya sebagai wartawan yang -barang kali- hanya bisa memberikan teladan pada sejarah yang pernah terjadi, akhirnya “tausyiah” pun saya berikan kepada teman-teman dengan cara menuturkan seorang pemimpin yang layak dipilih. Sehingga, pada pemilihan, baik itu, Pilkades, Pilkada, Pilgub, maupun pil-pil yang lain agar tidak memilih kucing dalam karung.

Tahukah kamu seorang pemimpin sekaliber mantan wakil Presiden RI, yakni mendiang Hatta ? Sosok Bung Hatta adalah pemimpin dari Tanah Air yang tahu diri, teguh memegang prinsip dan kehormatan diri, serta tidak kemaruk atau silau dengan gemerlap harta, apalagi kemaruk dengan jabatan. Pemimpin yang baik adalah pemimpin yang mampu mendidik rakyatnya menjadi cerdas, seperti cita-cita Bung Hatta. Bukan sekadar otaknya yang cerdas, namun juga cerdas hidupnya. Artinya, tahu harkat dan martabatnya, tidak rendah diri dan punya karakter kuat.

Ada lagi pemimpin yang juga disegani di dunia, yakni Abraham Lincoln. Mantan Presiden AS itu mau mengunjungi prajurit  muda yang terluka parah mana kala perang saudara di negeri tersebut berkecamuk. Dengan hati yang lembut, dia mengajak bicara prajurit tersebut. “What can I do for you ?,” tanya Lincoln. “Bisakah tuan menuliskan surat untuk orang tua saya ?,’’ pinta sang prajurit tersebut kepada sang Mr.Presiden. Tanpa banyak cingcong, Lincoln pun langsung menulis kata-kata perpisahan yang diucapkan prajurit yang sedang meregang nyawa.

Setelah melayani warganya itu, Lincoln menawarkan dirinya lagi untuk bersedia memenuhi permintaan prajurit tersebut dengan hati yang tulus dan ikhlas. “What can I do for you any more ? ,” tanya Lincoln sekali lagi. “Maukah tuan presiden menemani saya di sini barang sebentar saja ? Dengan mata berkaca-kaca, Lincoln pun memenuhi permintaan prajurit tadi seraya memegang tanganya sampai serdadu tersebut menghembuskan nafas terakhir dengan tenang.

Ada satu lagi gaya kepemimpinan Umar Bin Khatab. Saat itu beliau mendengar akan dijadikan pemimpin umat Islam untuk menggantikan Khalifah Abu Bakar Sidiq RA. Namun, beliau ragu ketika menerima tanggungjawab sebesar itu. Abu Bakar Sidiq kemudian memanggil dan menasihatinya. Dalam situasi seperti itu, kata Abu Bakar, ada dua orang yang akan masuk neraka. Pertama, orang yang menerima jabatan dan tanggungjawab besar, padahal tidak mampu dan tidak layak menerima. Kedua, orang yang mampu namun memilih lari menghindari tanggungjawab.

Nah, kepada calon pemimpin yang sedang mematut-matut diri, entah ingin menjadi bupati, gubernur, dan lain-lain, hendaknya lebih bisa merenungkan nasihat Abu Bakar itu atau mencontoh pemimpin seperti Bung Hatta atau Lincoln.Artinya, jadilah calon pemimpin yang tahu diri.Itu bila masih membutuhkan nama baik dan dicintai rakyatnya.

Bagi masyarakat Tuban yang akan memilih pemimpin hendaknya memilih pemimpin – setidaknya- mencontoh pemimpin di atas tadi dan memilih pemimpin yang tahu diri dan bisa “mengukur” diri.

Sayang, zaman sekarang ini (di manapun berada) kadang banyak yang mengaku merasa pantas jadi pemimpin, termasuk menilai diri pantas menjadi pemimpin hanya bermodal nekat, uang dan rupa.

Nah, akhirnya kembali lagi jangan tanya siapa pemimpinnya, tetapi bagaimana cara yang baik memilih seorang pemimpin dan apa yang akan dilakukan pemimpin tersebut.*) Penulis adalah jurnalis tinggal di Tuban.                     

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *